Senin, 10 November 2014

cerpen



Tawuran Itu
Rika telah selesai menyisir rambutnya yang tidak terlalu panjang itu. Ia menuruni tangga dengan langkah kaki yang sedikit berlari, berharap bisa sarapan bersama papah dan mamahnya. Rika langsung mengecup pipi mamahnya dan mengucapkan “selamat pagi”. Namun, sayang sekali papah rika sudah berangkat ke kantor 15 menit yang lalu. Rika kurang cepat ternyata. Mamah rika mengoleskan selembar roti gandum dengan selai coklat kesukaannya kemudian ditumpuk dengan selembar roti gandum lagi. Mbok Inah membawakan segelas susu hangat untuk rika.
Mamah menyuruh Mbok Inah untuk menyalakan televisi untuk menemani sarapan mereka dan mencari program berita pagi ini. Dalam berita, ditayangkan aksi tawuran antar siswa SMA yang terjadi Hari Selasa kemarin. Disitu, mamah Rika banyak mengomentari berita tersebut dan sesekali melihat kea rah anak semata wayangnya. Rika juga mendapatkan siraman rohani dari mamahnya agar ia tidak terlibat aksi tawuran kerena akan membahayakan nyawa dan merugikan diri sendiri serta mencoreng nama baik keluarganya.
“Kamu ndak boleh ikut aksi tawuran seperti yang di berita itu, sayang nyawamu dan masa depanmu. Kalau ada masalah dengan siswa sekolah lain lebih baik diselesaikan dengan kepala dingin, ndak usah menggunakan otot, gunakan saja pikiran yang diberikan Tuhan kepada kita.” Kata mamah Rika yang sesekali meneguk air putih.
“Iya yah bu, sudah di sekolahkan mahal-mahal tapi malah seperti itu. Kalau pelajarnya saja seperti itu, bagaimana nasib Negara kita ya, bu.” Tambah Mbok Inah dengan semangat.
Rika hanya menganggukkan kepalanya. Dalam hati, ia pun sangat setuju dengan siraman rohani dari mamahnya. Setelah selesai sarapan, rika berpamitan kepada mamahnya dan langsung berangkat ke sekolah menggunakan sepeda motor maticnya.
Rika memang berasal dari kelurga yang kaya. Mamahnya merupakan pengusaha butik yang cukup terkenal, sedangkan papahnya merupakan anggota dewan. Keluarga Rika bisa  dikatakan harmonis, tidak adapertengkaran di tengah hidup mereka. Namun, tetap saja terkadang rika merasa kesepian jika orang tuanya sedangsibuk mengurusi pkerjaan mereka masing-masing. Ditambah lagi rika tidak memiliki adik maupun kakak.
Di sisi lain, panji dengan tergesa-gesa menghabiskan sarapannya karena ia harus mengantarkan adiknya ke sekolah terlebih dulu. Berbeda dengan rika, panji bukanlah berasal dari kelurga kaya, ayahnya merupakan guru dasar negeri sedangkan ibunya berjualan sembako di warung depan rumah. Namun, panji tidak pernah mempermasalahkan kondisi keluarganya. Ia tetap bersyukur dengan apa yang dirasakannya sekarang.
“Kak panji, ayo cepat berangkat, nanti kakak terlambat lho.” Terdengar teriakan Bela dari ruang tamu.
“Iyaaaa, Bela, adikku yang manis. Sabar dong.” Jawab panji dengan nada yang terdengar santai namun agak meledek.
Panji tidak mempunyai kakak, tapi memiliki adik perempuan yang sekarang berada di bangku kelas 8 SMP. Keluarga panji juga bisa dikatakan harmonis. Namun, terkadang panji sering menjaili bela tiap kali ia punya kesempatan. Setelah sarapan selesai, panji dan bela berpamitan kepada kedua orang tuanya dan barangkat menuju sekolah.
Setelah mengantar bela ke sekolah, panji bertemu dengan budi sedang berjalan kaki. Tanpa basa-basi, panji langsung memerintah budi untuk naik di sepeda motornya. Mereka berdua adalah sahabat sejak SMP.
“kok tumben kamu jalan kaki? Sepedamu mana?” Tanya panji.
“Rantai sepedaku putus tadi malam, jadi terpaksa aku jalan kaki. Mau naik angkot, tapi tidak dapat tempat. Mau ganti rantai, uangku ngga cukup, Nji.” Jawab Budi memelas.
“Makanya kamu beli HP dong, yang murah aja. Biar kalau ada kejadian kaya gini, kamu bisa sms aku biar tak jemput.”
“Iya, Nji. Aku juga udah niat minta dianterin buat neli HP yang murahan aja. Nanti sepulang sekolah anterin aku yaa?”
“Siiap bos!”
Mereka berdua tidak terlambat masuk kelas. Masih lima menit lagi bel masuk akan dikumandangkan. Mereka duduk di bangku belakang seorang perempuan yang rambutnya tidak terlalu panjang. Perempuan yang terlihat sangat feminim, tapi tingkah lakunyatidak sefeminim penampilannya.
“Kok kalian berangkat bareng ngga ngajak-ngajak sih. Aku kan sendirian berangkatnya.” Kata Rika dengan nada cemberut.
“Tadi ngga sengaja ketemu Panji di jalan.” Jawab Budi.
“lho sepeda kamu?”
“Rantai sepedaku putus, Rik.”
“Budi ngga dapet tempat di angkot, terus dia jalan kaki. Untung aja kita berdua ketemu. Jadi kan bisa bareng.” Jelas Panji.
“ooooo begitu ceritanya. Oke oke.” Jawab rika sambil menganggukkan kepalanya.
Bel tanda masuk berbunyi. Budi keluar kelas untuk mengambil jurnal kelas dan Panji mempersiapkan peralatan yang akan digunakan untuk kelompoknya presentasi. Sedangkan rika, melanjutkan obrolan dengan teman sebangkunya.
Mereka bertiga bersahabat sejak SMP. Berawal dari Budi dan Panji yang dihukum bersama-sama karena tidak membawa kresek merak saat MOS SMP, kemudian bertemu Rika, yang dihukum karena berangkat terlambat. Mereka dihukum membersihkan lapangan dan kebetulan mereka ternyata satu kelas. Sejak saat itulah mereka saling mengenal dan bersahabat hingga sekarang.
Setelah selesai memaparkan meteri presentasi tentang tawuran pelajar, panji membuka termin diskusi kelas. Suasana kelas yang semula pasif, kini mulai aktif. Banyak pendapat mengenai alasan tawuran. Ada beberapa anak yang setuju dengan tawuran, banyak juga yang tidak setuju.
“saya sih setuju dengan aksi tawuran. Kita ngga boleh lemah dengan lawan kita. Kalau mereka menantang, ya kita ladenin ajalah. Kalo ngga, nanti sekolah kita dianggap sekolah yang lemah sama mereka.” Pendapat Billy yang terkenal nakal.
“ya ngga dong, tawuran hanya merugikan diri kita sendiri. Rugi tenaga, rugi dana, dan juga rugi waktu. Orang tua juga akan malu jika mengetahui kalau anaknya terlibat aksi tawuran.” Dewi, teman sebangku Rika, berargumen.
“saya setuju dengan pendapat Dewi. Lagipula, tawuran bisa membahayakan nyawa kita, tidak hanya mencoreng nama baik sekolah, namun juga nama baik keluarga.” Tambah Anya.
“menurut saya, tawuran merupakan cerminan pelajar yang payah. Ia tidak dapat menjadi pelajar yang baik yang mampu memajukan dirinya dan negaranya. Ingat sejarah Negara kita dulu, para pemuda dari sabang sampai merauke bersatu agar Indonesia merdeka. Masa kita sebagai generasi penerus bangsa mau menghancurkan persatuan Negara kita? Apa jadinya Indonesia nantinya?” budi mulai mengutarakan pendapatnya sambil sesekali membenarkan posisi kaca matanya.
Seketika semua siswa bertepuk tangan mendengar pendapat Budi.
“itukan sejarah, yang lalu biarlah berlalu. Masa kita sebagai pemuda tidak memiliki pengalaman yang agak nakal. Ngga asik dong.”
“bukan masalah itu, pengalaman kan bisa kita dapat melalui kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk kita juga orang lain. Tawuran bukan hanya merugikan diri kita sendiri, tapi orang lain yang berada di sekitar tempat tawuran. Pedagang bisa saja kehilangan penghasilannya karena barang dagangannya rusak terkena tawuran. Dan orang yang tidak sengaja berada di situ, bisa saja menjadi korban tawuran.” Tambah Rika dengan bijaksana.
Suasana kelas semakin memanas. Panji selaku ketua kelompok menengahi perdebatan itu. Ia pun mengakhiri presentasi kelompoknya.
“wah sangat aktif sekali ya ternyata teman-teman kelas XII SS 2 tercinta ini. Seperti yang telah teman-teman sampaikan, banyak sekali dampak negatif yang terjadi karena tawuran. Kita sebagai pelajar yang baik, jika ingin menyelesaikan masalah dengan teman maupun sekolah lain hendaknya dirundingkan dengan kepala dingin, tidak dengan tawuran. Demikian presentasi dari kelompok kami. Atas perhatian teman-teman kami mengucapkan terimakasih.” Panji menutup presentasi kelompoknya.
Kemudian terdengar tepuk tangan siswa-siswi di kelas. Tak lama kemudian, bel tanda istirahat pu berbunyi. Teman-teman yang lain berhamburan keluar kelas, sedangkan Panji menghampiri dua sahabatnya.
“Hari ini penuh pendengaranku penuh dengan kata tawuran.” Kata Rika.
“lho kok gitu? Kan kelompokku yang presentasi tentang tawuran?” Tanya Panji.
“Iyaa, tadi pagi pas sarapan, mamah dan Mbok Inah juga membahas tentang tawuran antarsiswa SMA yang ada di berita.” Jelas Rika.
“lagi banyak tawuran antarpelajar akhir-akhir ini. Makanya kita harus hati-hati barangkali di jalan sedang ada tawuran, mending kita menghindar saja.” Kata Budi.
“Yup, setuju. Yuk ke kantin. Laper nih..” Panji mengajak mereka ke kantin karena lapar setelah presentasi dan melewati perdebatan di kelas.
“ayooo.” Jawab Rika dan Budi serentak.
***
Seusai sekolah, Panji dan Rika mengantar Budi pergi ke toko HP bekas di dekat SMA Panjaitan yang terkenal siswa-siswinya nakal. Panji berboncengan dengan Budi yang belum mahir mengendarai sepeda motor. Sedangkan Rika sendirian. Setelah sampai di depan toko, Panji sempat mengamati beberapa anak seusianya yang terlihat mencurigakan sedang mengamati SMA Panjaitan.
“Mungkin mereka mencari temannya yang sekolah disitu.” Batin Panji.
Budi cukup lama memilih bentuk HP yang diinginkannya. Padahal Panji dan Rika sudah berkali-kali menawarkan pilihan. Namun, Budi tidak mau karena harga yang tidak sesuai budget atau memang Budi tidak menyukai model Hp yang dipilihkan.
Setelah hampir sejam lebih, Budi akhirnya menemukan Hp yang sesuai dengan keinginannya. Mereka pun berkainginan untuk mampir membeli batagor yang ada di seberang jalan. Sepeda motor sengaja mereka titipkan sebentar di toko Hp tadi. Saat mereka sedang menyebrang, tiba-tiba saja dari arah samping  terlihat banyak pelajar berseragam SMA berlari ke arah mereka. Ada yang membawa batu dan ada juga yang membawa balok kayu, terlihat juga ada beberapa yang membawa benda tajam.
Rika menjerit keras karena ketakutan. Panji langsung menyeret Rika kembali ke toko Hp tadi agar tidak terkena lemparan batu. Namun, gerombolan pelajar itu berlari dengan kencang. Rika terkena lemparan batu yang tidak terlalu besar di bagian kakinya dan Panji terkena lemparan batu di bagian kepala dan bahunya terkena balok kayu. Setelah sampai di toko, rika langsung bersembunyi di balik motor yang diparkir. Sedangkan Panji mencari Budi yang tertinggal di belakang saat mereka sedang menghindari tawuran.
Panji mencari Budi ditengah gerombolan yang sedang tawuran. Barangkali Budi terseret mereka saat sedang berusaha menghindar. Tetapi batang hidung Budi tidak juga terlihat. Tawuran itu terlihat sangat mengerikan. Tiba-tiba mata Panji terarah pada sosok laki-laki yang tergolek lemah di jalan. Panji pun langsung mendatangi laki-laki itu. Ternyata ia adalah Budi, sahabatnya. Terlihat ada darah yang mengalir di kepalanya dan badannya terlihat ada beberapa memar.
Beruntunglah polisi cepat datang untuk melerai pelajar yang sedang berseteru. Budi dibawa ke rumah sakit menggunakan mobil ambulans karena keadaannya cukup parah. Sedangkan Panji dan Rika berboncengan menggunakan sepeda motor mengikuti Budi ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Rika dan Panji langsung di obati lukanya oleh dokter. Sedangkan Budi masih belum sadarkan diri di ruang rawat. Mereka berdua pun menghubungi orang tua masing-masing dan orang tua Budi.
Tak lama kemudian, mamah Rika datang dengan raut muka khawatir dan langsung menanyakan keadaan mereka. Rika menceritakan secara detail kejadian yang tadi ia dan sahabatnya alami. Kemudian Rika dan Panji menengok keadaan Budi. Saat budi sadar, kemudian datang orang tuanya. Rika dan Panji meminta maaf karena tidak dapat melindungi Budi saat tawuran itu terjadi.
“Kami minta maaf, tante, gara-gara kami, Budi jadi seperti ini.” Kata Panji.
“Jangan menyalahkan diri kalian. Kalian berdua tidak salah kok, lagian juga kan kalian mengantarkan Budi untuk membeli Hp.” Jawab ibu Budi.
Sesaat kemudian, mamah Rika datang setelah bertanya kejadian yang sebernarnya kepada polisi. Ternyata mereka adalah siswa kelas XI SMA Panjaitan dan SMA Pedurungan. Mereka tawuran karena salah satu dari siswa SMA Panjaitan telah merusak sepeda motor salah satu siswa SMA Pedurungan.
Setelah malam, Panji dan Rika berpamitan pulang bersama orang tua mereka masing-masing kepada Budi yang harus dirawat beberapa hari lagi di rumah sakit.
***
Hampir seminggu, setiap pulang sekolah Panji dan Rika menengok Budi di rumah sakit untuk menyemangati Budi dan member tahu tentang pelajaran di kelas. Mereka tak bosan untuk membahas tentang tawuran yang makin marak terjadi di kalangan pelajar seusia mereka.
Setelah dua minggu, akhirnya Budi telah sembuh dan dapat berangkat sekolah seperti biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar